Rantau.

 

Minggu lalu gue di Melbourne dan ketemu dua temen gue, kita lari bareng, makan dan banyak bercerita WHV life belakangan ini.


Satu hal yang mungkin bisa gue highlight dari banyak conversation kemarin adalah bahwa kita emang milih hidup sekarang yang lagi kita jalani sekarang, kita seneng-seneng (kadang susah dikit) aja ngejalaninya dan nothing wrong with that.


Konteksnya saat itu adalah gue, Issa ataupun Afi kita sama-sama pergi dari lingkungan kita sebelumnya dan milih buat hidup sendiri, ya kita milih buat gak tinggal sama keluarga-temen di Indonesia ataupun di Australia pun kita(sekarang, gatau nanti gimana) juga gak tinggal dengan sesama Indonesian yang berkelompok di satu share house. Kita gak memungkiri bahwa memilih kehidupan yang sekarang karena kita kerja (dan liburan) di sini, tapi kalau gak happy buat ngejalainya, kita punya privilege to exit. For good aja, hidup nyaman di tempat kita berasal ~


Milih pergi dan tinggal sendiri kedengerannya kayak berat banget ya hidup?! Mungkin, kita akan selalu dihantui judgement walaupun gak ada yang ngejudge juga, kalo sampe ada... maju sini! wkwk. Becanda majuuu. You know gue juga punya sisi lain tentang takut dijudge, padahal mah kan gapapa yhaa?! 😂


Sebagai extrovert super pecicilan gue tidak memungkiri bahwa saat milih buat hidup sendiri ada penyesuaian juga. Karena sendiri juga gue menyadari ternyata kalo gue gak punya garem ya harus ke wulis dulu buat beli, gak bisa minta punya temen. Eh. Nggak, maksudnya memang ada penyesuaian tapi juga terlalu sibuk buat ngerasa sendirian. Perputaran hari-hari rasanya padat betul, melihat dua bulan kebelakang setelah gue pindah ke Renmark dan mulai kerja afternoon shift hingga larut malam, lalu subuh bangun dan lanjut dengan beberapa campaign atau kalo males mantau digital ya lari tipis-tipis, metik bunga, metik jeruk, jajan cokelat panas, atau rebahan dulu sambil bengong liatin burung-burung beterbangan terus udah sore lagi dan kerja. Weekend? So far belum ada weekend yang benar-benar tidur seharian. Selalu ada kegiatan, ke acara nikahan cucu nya landlord, masak-masak sama temen, open house, long run, grocery, cukup padat juga ternyata.


Tapi gue tau kapan gue emang perlu sendiri dan ternyata gue selalu punya temen kalo lagi males sendiri. Ya Allah, hidupku menyenangkan. Alhamdulillah ~

Share:

Untuk bapak. Mungkin, penggalan ini benar.

 
Anak-anak bapak sudah dewasa, pak. Tapi bapak malah milih nikah lagi, jual rumah yang bapak bangun sama ibu dan bercerai sama ibu. Mungkin saat itu Allah memberiku rejeki yang cukup agar bisa membeli rumah bapak, jadi sekarang rumah ini milik aku dan Ibu. Pak, anak-anak bapak tetap tinggal sama Ibu, masih di rumah ini. 

Aku dengar kini bapak sering sakit, tidak punya uang serta hidup susah. Juga utang bapak ada dimana-mana. Pak, kenapa? Kenapa hal itu yang bapak pilih? Pak, sungguh anak-anak bapak pasti mampu membiayai bapak dan ibu. Tapi kenapa bapak memilih pergi dari kami?! Katanya rejeki bapak dimatikan karena rejeki anak-anak dinyalakan, apa benar pak? 

Pak, bapak adalah laki-laki yang membuatku sangat patah hati. Aku masih ingat betul bagaimana aku menangis saat tau keputusan itu yang bapak pilih. Bapak tau bagaimana anak-anak lain merasa dihajar oleh kerasnya dunia?! Pak, aku sudah melewati itu. Rasanya dihajar dunia tidak seberapa dibanding dengan luka yang bapak buat. Hingga aku pernah berucap, mungkin aku memilih untuk tidak menikah jika laki-laki tersebut seperti bapak.

Aku sibuk sekali, mungkin lebih tepatnya menyibukan diri. Aku mengambil banyak pekerjaan, bersepeda dan berlari saat punya waktu luang hingga rasanya aku lelah dan akan terlelap di malam hari. Tapi kadang, saat fajr tiba aku teringat dan tetap menangis. Aku sering kali berdoa, agar aku bisa menjadi manusia pemaaf, memiliki hati yang lapang dan kehidupan yang tenang.


Share:

Dari atas kapal ruang ekonomi

Sore ini aku masih dalam perjalanan panjang, beberapa hari lalu aku & saida memutuskan untuk pergi ke arah Maluku. Tanggal 22 malam lusa akan ada kapal pelni ke Ambon dari Bima, setelah beberapa hari di Mataram, kami pun menuju Bima.

Aku belum pernah menyebrang dari Pelabuhan Kayangan ke Pelabuhan Poto Tano, tentu ini menjadi suatu pengalaman baru. Lain dari kapal penyebrangan yang pernah aku naiki, kapal ini terdiri dari kelas ekonomi dan bisnis. Air condition yang membedakannya, tarif penyebrangannya tetap sama. Tapi selain itu ada lagi yang menarik, ada live music dangdutan di kapal ini pada kelas ekonomi.

Aku dan Saida bukan tipikan pendiam, jadi kami ikut menimbrung bernyanyi dari tempat duduk kami, tentu dengan penumpang lainnya juga. Menyenangkan ~

Share:

Just take a break.

Pernah jadi fulltime freelance, lalu memutuskan untuk jadi anak kantoran, eh kok betah sampe 6 tahun gini? Dan ya... akhirnya memutuskan untuk resign dan take a break. 

Keputusan untuk mengambil career break bukan suatu yang spontan dilakukan. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya aku ngajuin resign Juli 2023 ini. Masih ada 3 bulan untuk notice periode sampai akhirnya di Oktober 2023 nanti bisa lepas dari pekerjaan yang sekarang.


Tidak ada plan spesifik setelah ini mau kerja apa, tapi yang pasti aku punya working & holiday visa ke Australia, jadi aku mau memanfaatkan visa tersebut untuk berpetualang(lagi) di negri kangguru. 


Aku tau, mungkin ini sebuah privilege yang mungkin gak semua orang bisa dapatkan. Aku cukup bersyukur karena saat aku mau resign dari kerjaan, aku tidak terlalu memikirkan banyak hal. Ya walaupun mungkin pemasukan pasti dari fulltime job akan hilang, tapi semoga tabungan masih cukup untuk mengcovernya. 


Walaupun resign juga bukan hal yang mudah untukku, kalau tidak nyaman ya mana mungkin hingga 6 tahun di tempat yang sama? Apalagi teman-teman seusiaku umumnya hanya bekerja 1-3 tahun pada perusahaan yang sama, hingga generasi kami seringkali mendapatkan julukan sebagai kutu loncat. 


Well, mungkin jalan kedepannya tidak akan mudah, bisa jadi akan ada banyak hal yang gak ketebak, tapi semoga ada jalan yang baik dan selalu dicukupkan dalam segala hal oleh yang maha kuasa.

Share:

Meski perjalananya gak nyaman, bisa jadi itu yang selama ini kita doakan

Kalo lagi ngerasain hal-hal yang gak nyaman, mungkin rasanya kita mau cepat-cepat melaluinya. Yes, ngomongin hal yang gak nyaman. Apa sih sebenernya yang bikin kita gak nyaman? Kenapa kita perlu melalui hal tersebut?



Well, gue masih manusia. Jadi gue merasa gue wajar buat mau cepet-cepet melewati rasa gak nyaman itu, pengen cepet berlalu dan pengen cepet ada di zona nyaman. Gue menganalisis hal-hal yang selama ini bikin gue gak nyaman. Misalnya dalam komunitas, ketemu banyak orang baru, kenalan sama orang baru, oh tapi kok ternyata ada orang yang rasanya cukup ganggu ya. Terus apa yang bisa gue lakuin? Mungkin gue bisa menghindari orang tersebut atau bahkan keluar aja dari komunitas tersebut. Tapi, coba tarik mundur sebelumnya, perkara awal ada saat gue masuk komunitas baru. Ternyata menang gue yang mau masuk komunitas baru dan berkenalan dengan orang-orang baru. Well, ternyata resikonya adalah ketemu orang yang ganggu di komunitas tersebut.


Tapi ini bukan cuma tentang komunitas. Hidup memang sederhana, tapi bagaimana kita bisa menjalaninya dengan nyaman? Tapi kalau kita gak melalui ketidaknyamanan, bagaimana kita bisa tau rasa nyaman? Yes, mungkin perjalanan yang sedang kita lalui ini gak nyaman, tapi bisa jadi kita sendiri yang mendoakan untuk perjalanan tersebut.

Share:

Kalau kita lupa tujuan hidup

Pernah gak sih lo mempertanyakan tujuan hidup? Setelah selesai sekolah-kuliah, lalu kerja dan seterusnya apa lagi? Kalau udah capek belajar, bekerja atau bahkan capek dalam kehidupan, apa yang perlu dilakukan?



Beberapa waktu lalu gue ngerasain capek banget dan rasanya gak mau ngapa-ngapain walaupun waktu terus berjalan, ada kerjaan yang mesti diselesain dan kehidupan yang tetep perlu maintenance, tapi gue jadi orang yang gak gue sukai, gue banyak ngeluh dan rasanya cukup mengganggu. Bahkan ada phase dimana gue nangis-nangis, gatau apa penyebabnya, diem sendiri, nangis lagi, sempe beberapa hari. Sampai akhirnya gue mempertanyakan kembali, ini tujuannya apa ya? Kenapa gue melakukan semua ini? Kenapa gue jadi gak suka dengan apa yang mestinya gue lakukan seperti hari-hari sebelumnya?


At the end, gue mendapatkan jawaban. Kadang, kita memang perlu diingatkan kembali. Tujuan kita sebenernya adala untuk ibadah ke yang maha kuasa sepanjang hidup kita hingga nanti waktunya kembali. 


Kita sering lupa, apakah jadi "orang baik" sudah cukup? Karena selama ini gue rasanya selalu berusaha jadi orang yang baik, tapi gue tetep ngalamin momen mempertanyakan kembali tujuan hidup gue. Dari situ gue bisa jadi lebih rasional untuk melakukan banyak hal. Bener gak sih gue perlu ambil banyak kerjaan hingga kadang lalai dalam ibadah? Bener gak sih gue menikmati traveling hingga kadang lalau dalam ibadah? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. 


Well, mungkin gak semua orang tau dan bisa menerima tujuan hidup kita sebenarnya. Tapi at least, gue menuliskan post ini untuk mengingatkan diri sendiri. Kalau lupa tujuan hidup.

Share:

Berkurban.

Idul adha kali ini cukup beda, setelah beberapa tahun sebelumnya selalu berkurban, tahun ini ada lumayan banyak pengeluaran sehingga ada niat untuk gak berkurban.

Gue sebenernya udah cerita ke ibu kalau gue lagi banyak pengeluaran. Tapi tawaran buat join kurban dateng melalui whatsapp ibu, ibu nawarin gue buat kurban. Ibu kayak percaya aja gue mau dan bisa tetep kurban meski lagi banyak pengeluaran. Dan ya, at the end gue tetep berkurban. Tanpa penyesalan dan yaudah. Prinsipnya, uang masih bisa dicari, tho masih bisa makan dan (insyaallah) tak mendzolimi, tapi waktu yang gak akan kembali.

Share:

Hello!

Hello, thank you for being here. I hope you have a good time browsing around and enjoy reading on my blog! :)