Blogger yang kehilangan identitas


Foto bersama teman-teman komunitas blogger - 2015
Jalan pemikiran manusia memang tidak selalu sama.
Mendefinisikan diri sebagai blogger, berarti kita menulis di blog.
Pun dengan saya yang setengah blogger, setengah content writer.
Saya mungkin bisa senang dan sepenuh hati ketika punya kesempatan dan bisa menulis di blog ini.
Di sisi lain, ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan. Menjadi content writer yang di bayar oleh perusahaan yang memiliki klien dan meminta content tertentu untuk di ulas.

Ada pro dan kontra pastinya. Saya bisa belajar banyak untuk menulis, membaca lebih banyak dan menggali pengetahuan-pengetahuan baru dari berbagai bidang dan industri dari klien yang di handle. Namun, saya juga perlu menuliskan apa yang kadang bukan ketertarikan saya. Apalagi untuk hal yang kadang bertolak belakang dengan diri, meski menyebut diri sebagai anonim di setiap artikel yang dibuat. Mendapati fase menjadi blogger sepenuhnya pun terasa cukup menyenangkan, walau saat itu masih tidak punya banyak uang dan minim pengetahuan. Tapi bisa bebas berekspresi melalui tulisan.

Bukan hanya saya yang setengah blogger yang kadang kehilangan identitasnya. Mungkin, kamu pun bisa merasakannya meski tidak menjadi content writer, walaupun kadang tidak menyadarinya. Bertanya, pernah gak sih kamu menemukan blog yang berisi ulasan dari berbagai brand dan hanya sedikit atau bahkan tidak ada konten yang dibuat atas kemauannya sendiri? Saya sering kali menemukannya. Seakan kita menjadi blogger hanya untuk memuaskan brand. Seakan kita menjadi blogger hanya untuk mendulang rupiah dari satu brand ke brand lain.

Sering kali, kita menjadi blogger yang kehilangan identitas.
Share:

0 Comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentarmu disini...

Hello!

Hello, thank you for being here. I hope you have a good time browsing around and enjoy reading on my blog! :)